Hari silih berganti ku jalani, aku tersenyum kemudian bersedih.
Bukan karena aku tak mau bersenang-senang, hanya kadang aku memilih untuk memurungkan diri.
Satu persatu mencoba sentuhkan keadaanku,
Mereka masuk kemudian pergi.
Entah karena aku yang bajingan, atau mereka yang menganggap ini permainan.
Aku diatas, dan kemudian jatuh kebawah.
Lalu, aku sadar bahwa memang ini semua menyakitkanku-keseribu kalinya.
Aku tidak runtuh, apalagi rubuh. Hanya saja aku terlihat bodoh.
"Aku tertawa, tiada air mata.." geraiku.
Aku sanggupkan diriku untuk selalu menikmati kopi hitam bersama tembakau.
Memikirkan bahwa hidup ini sedang berada jauh dari kesenangan.
Ya, aku hanya tersenyum,
Dan lanjutkan hariku seperti sedia kala.